“Move a little strange, you're gonna get a bullet. Not a warning, not a question... a bullet!.”
Delapan orang asing dengan latar belakang dipertanyakan terjebak badai salju di sebuah kedai singgah. Apa yang akan mereka lakukan?... atau ganti saja pertanyaannya, apa yang akan terjadi? Apabila satu sama lain tidak ingin menciptakan huru hara, maka bisa jadi hingga waktu tak ditentukan mereka akan saling bertukar cerita, bersenda gurau, lalu ngopi-ngopi cantik seraya menghangatkan tubuh di depan perapian yang tak henti-hentinya mengobarkan api. Konflik masih sangat mungkin terpercik yang intensitasnya sangat bergantung pada relasi antar jiwa-jiwa ‘penuh kebencian’ tersebut – bisa tingkatan rendah, sedang, atau sangat tinggi. Tapi mengingat kejadian ini berlangsung di film kedelapan dari seorang Quentin Tarantino, maka tentu kamu tidak lantas mengira semuanya akan baik-baik saja, bukan? Ya, mudah untuk dideskripsikan sebagai versi Western dari salah satu karya terbaik sang sutradara, Reservoir Dogs, The Hateful Eight tentu tidak akan memberikanmu pertikaian sederhana antar karakter. Seperti bisa kamu harapkan dari Quentin Tarantino, kegilaan berdaya letup tinggi merupakan menu utama yang ditawarkan ke penonton kala menyimak The Hateful Eight.