"Sebaik-baiknya sarjana adalah yang mengabdikan ilmunya untuk masyarakat. Sementara sarjana yang sekedar bekerja itu sarjana kelas dua."
Walau sejatinya secara personal telah mengalami kejenuhan teramat sangat menyaksikan film berembel-embel reliji, Aisyah Biarkan Kami Bersaudara mempunyai dua daya tarik cukup kuat yang membuat saya tak kuasa memberi penolakan. Pertama, keterlibatan Laudya Cynthia Bella yang permainan lakonnya tengah menguat, dan kedua, Aisyah Biarkan Kami Bersaudara mengusung isu agak berbahaya di bawah penanganan salah kaprah mengenai toleransi antar umat beragama. Sempat ketar ketir film ini akan berakhir seperti selayaknya sederet film religi buatan sineas tanah air dalam beberapa tahun belakangan yang guliran penceritaannya kelewat tendensius serta penyampaian pesan moral serba verbalnya justru bikin telinga panas alih-alih bikin hati adem, kenyataannya Aisyah Biarkan Kami Bersaudara (baiklah, biar tidak terlalu panjang, sebut saja Aisyah BKB) justru tidak demikian. Dihantarkan elegan tanpa terlihat kelewat bernafsu untuk mengkhotbahi penonton menjadikan Aisyah BKB terasa begitu indah, hangat, menyentuh sekaligus penting. Mungkin masih terlalu dini, namun saya memiliki keyakinan kuat Aisyah BKB akan menjadi salah satu kandidat kuat peraih kategori Film Terbaik di berbagai ajang penghargaan film pada akhir tahun ini.