“Saya tidak pernah percaya pada orang lain karena percaya pada orang lain bagi saya adalah kelemahan”
Para penikmat film Indonesia tentu sama-sama tahu bahwa Fajar Nugros telah terbiasa berkecimpung di ranah komedi dan drama romantis – setidaknya dalam filmografinya didominasi genre ini. Maka ketika dia menjajal keluar dari zona nyamannya dengan menggarap film beraliran laga, respon pertama kali meluncur dari mulut adalah, “heh, Fajar Nugros dan film action?.” Sepintas terdengar sangat meremehkan, memang. Bukan apa-apa, genre yang memperkenalkan kita kepada Barry Prima atau George Rudy ini bukanlah tipe mudah dieksekusi... setidaknya di sinema Indonesia. Dalam kurun satu dasawarsa terakhir bisa dikata hanya segelintir film action produksi lokal berkualitas diatas rata-rata dengan dwilogi The Raid telah menetapkan standar begitu tinggi sehingga kemunculan film teranyar Fajar Nugros, Gangster, produksi Starvision ini sedikit banyak diiringi sikap skeptis bertingkat. Satu-satunya yang mendesak minat saya untuk tetap menyimak Gangster di layar perak adalah melihat Dian Sastrowardoyo mencak-mencak dalam three-way fight bersama Kelly Tandiono dan Yayan Ruhian.