May 11, 2014

REVIEW : THE OTHER WOMAN


“Selfish people live longer!” – Lydia 

Apabila Anda tengah diterjang beragam masalah kehidupan yang pelik, ditiban setumpuk pekerjaan, dan membutuhkan sebuah tontonan yang mengasyikkan sebagai bentuk pelarian sesaat dari kepenatan, maka The Other Woman menawarkan solusi. Nick Cassavetes yang lebih dikenal sebagai sutradara film penguras air mata semacam The Notebook dan My Sister’s Keeper untuk sekali ini mencoba mengajak Anda bersenang-senang, tertawa terbahak-bahak, dan menikmati kehidupan lewat garapan terbarunya ini. Ya, ini adalah sebuah jenis tontonan yang tidak menuntut apapun kepada para penonton selain sandarkan tubuh ke kursi bioskop dengan santai, persiapkan cemilan ringan beserta minuman, dan nikmati saja apa yang terhidang di layar perak. Pemikiran yang kelewat serius sebaiknya ditinggalkan sebelum memasuki gedung bioskop. 

Setelah bergonta ganti pasangan, Carly (Cameron Diaz) akhirnya mendapatkan sosok pria idaman dalam wujud Mark (Nicolaj Coster-Waldau)... setidaknya itu yang dipikirkannya. Hingga, sebuah kejutan menyapa Carly tatkala dia berniat memberikan semacam ‘kado’ untuk sang kekasih. Mark ternyata telah memiliki istri! Kecewa lantaran diperlakukan sebagai gundik, Carly pun mencoba untuk menata kembali kehidupannya yang mendadak hancur berantakan. Di tengah-tengah gundah gulana ini, istri Mark, Kate (Leslie Mann), berkunjung. Bukan untuk melabrak, melainkan mengajaknya untuk berteman. Walau pada awalnya ini terkesan canggung, hubungan keduanya perlahan tapi pasti semakin erat dari hari ke hari terlebih setelah terkuak bahwa Mark memiliki simpanan lain yang jauh lebih muda dan seksi dari Carly dan Kate, Amber (Kate Upton). Menyadari ada kesamaan nasib, ketimbang saling bermusuhan, ketiganya pun memutuskan untuk menyatukan kekuatan dan merancang balas dendam yang manis terhadap Mark. 

Klise? Memang. Tatanan penceritaan semacam ini telah berulang kali didaur ulang di perfilman dunia, hingga tak lagi terhitung jumlahnya. Akan tetapi, jika tujuan utama yang ingin dicapai oleh The Other Woman hanyalah sekadar menghibur penonton, why so serious? Memang, film yang didasarkan pada skrip racikan Melissa Stack ini luar biasa klise dan begitu mudah ditebak kemana muara pengisahannya, namun ini tak lagi menjadi perkara besar tatkala Nick Cassavetes mampu mengolahnya sebagai sajian dengan tampilan yang menarik dan lezat untuk disantap. Dengan durasi yang membentang melampaui 100 menit, si pembuat film berhasil menyuguhkan sebuah sajian yang di dalamnya memberikan banyak sekali kesenangan, kejenakaan, dan keseruan. Ada berbagai macam bom tawa yang ditebar disana sini sepanjang durasi sehingga Anda sebaiknya bersiap-siap untuk mengalami ledakan tawa berkali-kali. 

Tapi tentu saja The Other Woman tidak akan sehidup (dan semeriah) ini tanpa performa jajaran pemainnya yang efektif. Sejatinya, inilah nyawa sesungguhnya dari film. Chemistry yang terangkai antara Cameron Diaz, Leslie Mann, dan Kate Upton terasa begitu padu, lekat dan bisa dipercaya. Mereka mudah disukai, lucu, sekaligus menggemaskan. Ada perasaan ingin memiliki sahabat seperti mereka bertiga saat menyaksikan The Other Woman – sepertinya akan sering melalui hari demi hari dengan beragam kejadian seru. Ketika ketiganya tidak sedang bersatu, masing-masing pun masih tetap bersinar, terutama Cameron Diaz yang begitu charming dan Leslie Mann yang sangat lucu. Ini masih belum ditambah performa meyakinkan dari para pemain pendukung seperti Nicki Minaj (yang tanpa disangka-sangka tidak terlihat menjengkelkan seperti biasanya), Nicolaj Coster-Waldau, Taylor Kinner, hingga Don Johnson, yang turut berjasa dalam menyuntikkan kesegaran lebih terhadap The Other Woman. Sebuah bukti betapa kerenyahan dan kelezatan sebuah hidangan tidak ditentukan oleh seberapa umum bahan bakunya, melainkan oleh kecakapan sang koki dan pilihan bumbu-bumbu. Sangat menghibur!

Acceptable

No comments:

Post a Comment

Mobile Edition
By Blogger Touch