March 27, 2013

REVIEW : OLYMPUS HAS FALLEN


Bagaimana jadinya jika tempat teraman di negeri adidaya – atau bahkan dunia – yakni Gedung Putih berhasil dilumpuhkan secara total oleh sekelompok teroris sehingga berarti tidak lagi tersisa tempat yang benar-benar aman dan tidak terjamah di muka bumi ini? Kekacauan dalam tingkatan yang masif pun hampir dapat dipastikan dengan segera melanda berbagai belahan dunia tatkala rumah kepresidenan di Amerika Serikat berhasil diduduki dengan mudah oleh para teroris yang bengis. Perang dunia akan kembali pecah. Yang menjadi pertanyaan, apakah hal ini akan benar-benar terjadi? Tiada yang tidak mungkin di dunia ini – walau tentunya saya tidak berharap demikian – meski untuk sekali ini, hal tersebut hanyalah bagian dari premis setidaknya dua film Hollywood yang beredar di tahun 2013, Olympus Has Fallen dan White House Down. Judul pertama yang diproduksi oleh Millennium Films lebih dahulu mencuri start pada akhir Maret ini di bawah komando Antoine Fuqua. Sayangnya, belum apa-apa rasa skeptis telah membuncah dengan menilik deretan pemain, sutradara, serta studio yang tergolong bukanlah nama besar di Hollywood. Akankah Olympus Has Fallen sanggup berdiri dengan kokoh atau malah justru runtuh kala disajikan ke khalayak ramai? Mari kita simak. 

March 24, 2013

REVIEW : OZ THE GREAT AND POWERFUL


"I don't want to be a good man. I want to be a great one." - Oz

Siapapun di Hollywood yang memiliki niatan untuk menciptakan versi anyar dari The Wizard of Oz, itu berarti dia telah menggali kuburnya sendiri. Untungnya, Sam Raimi masih waras – meski banyak filmnya yang dipenuhi dengan kegilaan – dengan sepenuhnya menyadari bahwa karya Victor Fleming tersebut adalah sebuah klasik yang tidak sepatutnya disentuh secara serampangan. Ini terlalu sakral. Segala bentuk usaha pengopian, entah itu resmi maupun tidak, tidak lebih dari percobaan bunuh diri. Raimi tidak menjadikan film terbarunya, Oz the Great and Powerful, sebagai sebuah remake. Ini adalah prekuel dari film legendaris tersebut yang dasar kisahnya dijumput dari novel-novel ‘Oz’ karangan L. Frank Baum. Apa yang dikulik di sini adalah mengenai awal mula terciptanya sosok ‘The Wizard of Oz’. Dengan tampilan visual yang cerah ceria penuh warna, efek khusus yang megah dan mewah, serta jajaran pemain yang rupawan, Raimi – dan Walt Disney, tentu saja – menghadirkan sebuah petualangan yang seru dan menghibur untuk konsumsi seluruh keluarga. 

March 14, 2013

REVIEW : JACK THE GIANT SLAYER


"Fee... Fi... Fo... Fum!"

Sepertinya, Hollywood tengah keranjingan menginterpretasi ulang dongeng-dongeng klasik yang telah mendunia untuk konsumsi layar lebar. Yah... setidaknya dalam beberapa tahun terakhir kita melihat tokoh-tokoh yang telah dikenal sejak masa kanak-kanak macam Alice (dari Wonderland), putri salju, gadis berkerudung merah, hingga Hansel dan Gretel terpampang di etalase bioskop. Demi menggaet segmen pasar yang lebih luas, maka pihak produsen pun dengan ‘seenak udelnya’ mengubah alur termasuk dengan menjadikannya eksentrik, lebih penuh liku, atau justru membawanya ke arah yang lebih ekstrim, penuh darah. Ini telah dilakukan oleh film adaptasi dongeng terdahulu dan Jack and the Giant Slayer pun siap untuk mengikuti jejak film-film tersebut. Dengan dasar dongeng klasik “Jack and the Beanstalk” dan “Jack and the Giant Killer”, film yang digarap oleh Bryan Singer ini mendapat rating PG-13 (13 tahun ke atas) yang tentunya membuat penonton untuk tak terlalu berharap banyak akan mendapat kesenangan macam Hansel & Gretel: Witch Hunters meski suntikan bujetnya yang raksasa mengindikasikan kehadiran adegan aksi yang mewah serta jor-joran. Akan tetapi, bisakah kita mengharapkan lebih terhadap Jack and the Giant Slayer hanya dengan mengandalkan fakta bahwa ini adalah produksi berskala raksasa? Hmmm... setelah saya menyaksikannya sendiri – dalam format 3D, tentu saja – maka saya menyarankan kepada Anda untuk sebaiknya menekan ekspektasi hingga titik terendah.  

March 7, 2013

REVIEW : BELENGGU


"Kamu ingat aku pernah bilang sama kamu, aku tahu pembunuhnya siapa" - Elang

Akhirnya, salah satu mimpi terbesar bagi Upi dalam karirnya sebagai sutradara yakni membesut sebuah film thriller terwujud juga. Membutuhkan waktu sekurang-kurangnya 8 tahun demi membangun rancangan dan meyakinkan sejumlah pihak agar proyek impiannya ini berjalan mulus. Dengan kelahiran ‘buah hati’ paling dinanti-nanti yang diberi nama Belenggu, ini sekaligus menjadi langkah awal bagi Upi untuk keluar dari zona nyamannya. Menciptakan sebuah dunia baru, yang selama ini di perfilman nasional dikuasai oleh Joko Anwar, yang penuh teka teki serba rumit dengan gaya visual a la film noir yang memunculkan sosok kelinci misterius layaknya Donnie Darko segera saja membetot rasa penasaran dari para pemerhati film. Apa yang akan dikulik oleh penghasil Radit dan Jani ini dalam film yang sangat personal bagi dirinya? Akankah ada sebuah suguhan sajian penceritaan yang segar dan benar-benar berbeda? Well... setelah saya menyaksikannya secara langsung di layar lebar, sesungguhnya tidak ada sesuatu yang anyar dalam Belenggu. Akan tetapi, segala upaya Upi dalam menghadirkan sebuah tontonan berisi dengan kemasan yang sangat cantik tetap patut mendapatkan apresiasi lebih. 

March 5, 2013

[Preview] DAFTAR FILM INDONESIA SIAP RILIS MARET 2013


Kita baru saja mengucapkan 'selamat tinggal, sampai jumpa kembali' kepada bulan Februari yang disesaki oleh film romansa dan memedi. Bagi Anda yang merasa jenuh dengan genre dan tema film nasional yang cenderung jalan di tempat, maka nyaris bisa dipastikan dapat sedikit bernafas lega di bulan Maret atau bulan film nasional ini karena 8 film yang siap menyapa penonton pada bulan ini lebih bervariatif dan tidak hanya terpaku kepada satu genre saja. Bulan ini, banyak pilihan yang disodorkan untuk Anda. Apa saja pilihan-pilihan tersebut? Inilah daftar film Indonesia yang siap menyambangi bioskop pada bulan Maret 2013 ini. 

March 1, 2013

REVIEW : WARM BODIES


"I don't want to be this way. I am lonely, I am lost. I mean I am literally lost, I have never been in this part of the airport before." - R

Jangan terburu-buru memberikan penghakiman awal terhadap Warm Bodies dengan menyebutnya sebagai ‘another Twilight Saga’, pengekor ‘romansa epik Cullen dan Swan’, kisah cinta menye-menye atau berbagai sebutan lain yang pada akhirnya mengaitkan film yang beranjak dari novel berjudul sama karangan Isaac Marion ini dengan franchise laris tersebut. Karena pada kenyatannya, selain kesamaan tema yang mengapungkan kisah cinta terlarang antara manusia dengan makhluk fantasi, Warm Bodies jelas sangat berbeda dengan Twilight. Inspirasi yang dijadikan sebagai pijakan untuk mengembangkan kisah adalah karya legendaris milik Shakespeare, Romeo and Juliet. Lantas, segala elemen ‘classic love story’ ini dituangkan ke dalam kuali, diaduk merata bersama ramuan bernama ‘post apocalyptic’, dan ‘zombie’. Terdengar aneh? Memang, hingga Anda menyaksikan hasil eksekusi dari Jonathan Levine dengan mata kepala sendiri. Adalah sebuah kejutan yang menyenangkan saat mengetahui kisah romansa fantasi ini terhidang sebagai sajian yang segar, manis, hangat, jenaka, sekaligus menghibur. 
Mobile Edition
By Blogger Touch