January 28, 2013

20 FILM TERBAIK 2012 VERSI CINETARIZ


Akhirnya, selesai juga saya membuat daftar '20 Film Terbaik 2012 Versi Cinetariz' setelah berhari-hari lamanya berjuang memilah-milah film mana saja yang berhasil menembus daftar akhir dan film mana saja yang terpaksa untuk digugurkan. Sejujurnya, tidak seperti tahun-tahun sebelumnya yang terbilang mudah dalam menyusun list tahunan ini, karena untuk sekali ini, susahnya luar biasa. Pusing saya dibuatnya. Bukan karena terjadi kemerosotan dalam hal kualitas, tetapi justru sebaliknya. Banyak sekali film yang membuat saya berdecak kagum, jatuh hati, dan tergila-gila dibuatnya. Tahun lalu benar-benar menjadi salah satu tahun terbaik bagi perfilman dunia. 

January 24, 2013

REVIEW : HANSEL & GRETEL: WITCH HUNTERS


"Some people will say that not all witches are evil, that their powers could be used for good. I say burn them all!" - Hansel 

Jika Hollywood mampu mengacak-acak sejarah hidup dari presiden favorit milik Amerika Serikat, mengapa tidak dengan sebuah kisah dongeng yang telah mendunia? Sejatinya, penceritaan ulang dengan tambahan elemen baru dari sebuah cerita klasik bukan lagi sesuatu yang baru di dunia perfilman. Bahkan, kita baru saja menyaksikannya tahun lalu dimana dongeng kenamaan ‘Snow White’ direka ulang di layar perak dengan tiga penafsiran berbeda dari kepala-kepala yang berbeda pula. Dengan resepsi beragam yang diterima, Hollywood memberi lampu hijau untuk pembuatan versi anyar dari dongeng terkenal lain yang juga dikumpulkan oleh Grimm Bersaudara, ‘Hansel and Gretel’. Hingga saat ini, tercatat setidaknya ada 3 versi Hansel and Gretel yang siap menyapa pecinta film sepanjang tahun 2013. Yang paling pertama, dan yang paling dikenal tentunya, adalah milik MGM Pictures yang diberi judul Hansel & Gretel: Witch Hunters. Haaa... Dari judulnya saja kita sudah bisa menebak apa yang akan dikisahkan dalam versi anyar ini. Dengan sineas asal Norwegia yang namanya menjadi bahan pembicaraan moviegoers sedunia berkat Dead Snow, Tommy Wirkola, ditahbiskan sebagai sutradara, proyek ini sedikit banyak terdengar cukup menjanjikan. 

January 22, 2013

REVIEW : CHINESE ZODIAC (CZ12)


Tidak peduli seberapapun kerasnya badai kritik pedas dari kritikus yang menghantam Chinese Zodiac, film ini akan tetap disaksikan oleh puluhan juta penonton dari seluruh dunia – Oh well, Asia dalam hal ini. Resepsi buruk yang diterima tidaklah menjadi soal karena film ini memiliki ramuan penjamin kesuksesan di tangga box office, Jackie Chan dan laga. Yup, mayoritas penonton yang berbondong-bondong menyesaki bioskop tentunya berharap melihat aksi keren dari Chan. Chinese Zodiac disebut-sebut sebagai ‘comeback’-nya Jackie Chan ke ranah laga setelah sekian tahun lamanya berkutat di peran-peran yang menuntutnya untuk berakting serius. Di film ke-101-nya yang merupakan reboot dari Armour of God dan sekuelnya, Armour of God II: Operation Condor ini Chan tak hanya menjabat sebagai aktor, produser, penulis skrip, serta sutradara saja, tapi juga ikut ‘cawe-cawe’ di departemen teknis dari mulai sebagai sinematografer, penata artistik, koreografer laga peran pengganti, hingga koordinator katering. Whoaaa... borongan, Pak? Yang menjadi pertanyaan, apakah dengan Jackie Chan terlibat di nyaris setiap bagian, akan turut mendongkrak kualitas film secara keseluruhan atau malah justru.... menenggelamkannya? Let’s see... 

January 20, 2013

REVIEW : THE CHEF (COMME UN CHEF)


"Tanpa cinta kita bukan apa-apa."

The Chef, atau dalam bahasa aslinya bertajuk Comme un chef, menjadi hidangan pembuka yang saya santap di pagelaran Festival Sinema Prancis tahun ini yang untuk pertama kalinya setelah sekian tahun lamanya tak menyambangi Semarang. Tidak ada sedikit pun pengharapan terhadap film ini selain menyimak hidangan-hidangan ala restoran mewah Prancis tertampang menggoda di layar lebar. Ya... selain film, musik, (sedikit) olahraga, saya juga sangat menggemari dunia kuliner. Sama sekali bukan seseorang yang dapat diandalkan kala tengah berakrobat di dapur, akan tetapi saya sangat mencintai makanan. Nyaris setiap acara masak memasak – baik berupa kompetisi, wisata kuliner atau hanya sekadar acara memasak mingguan – saya tonton. Dan itulah yang menjadi motivasi utama saat menyimak The Chef, mencari pemandangan yang sanggup melaparkan mata sekaligus perut. Ternyata, saya tidak hanya mendapatkan apa yang saya idamkan, namun lebih dari itu. Daniel Cohen mempersilahkan saya untuk masuk ke restorannya yang mewah dengan pelayanan yang ramah, makanan kelas atas bercita rasa tinggi, serta sebuah hiburan dari para ‘pelayan’ dan ‘koki’ yang menyegarkan. Anda pun dibebaskan untuk tertawa terbahak-bahak semaunya, bebas, suka-suka. Jelas sebuah ‘restoran kelas atas’ yang sangat cocok untuk dikunjungi siapapun yang murni mencari hiburan pelepas penat. 

January 16, 2013

REVIEW : LES MISERABLES


"To love another person is to see the face of God." - Jean Valjean

Satu hal yang ingin saya sampaikan sebelum Anda memutuskan untuk menukar Rupiah dengan selembar tiket bioskop demi menyaksikan Les Miserables, apa yang hendak Anda simak adalah sebuah film musikal. Bukan musikal biasa dimana beberapa tokoh yang semula beradu dialog tiba-tiba tanpa diberi komando mendendangkan sebuah tembang seraya menggoyangkan tubuh bersama sejumlah penari latar. Bukan. Sang sutradara yang baru saja menggondol Oscar melalui The King’s Speech, Tom Hooper, membawanya ke ranah musikal murni. Itu artinya, nyaris seluruh dialog dalam film dituturkan kepada audiens dalam bentuk nyanyian. Apabila Anda antipati terhadap genre ini, maka menikmati Les Miserables di layar lebar bisa jadi merupakan sebuah siksaan. Sebaliknya, jika Anda tergolong penonton yang menggemari tontonan musikal atau terbuka terhadap semua genre, maka Les Miserables merupakan sebuah film yang keindahannya sulit untuk dilukiskan dengan kata-kata. Saking luar biasanya – Oh, Anda boleh mengatakan saya adalah reviewer terlebay sedunia, haha – saya bahkan memberikan sedikit tepuk tangan usai menyimak film ini. Tidak bisa secara meriah lantaran ya... menghormati penonton di sekitar saya yang sepertinya tertipu. 

REVIEW : GENDING SRIWIJAYA


"Apa yang dibangun dengan pengkhianatan, diakhiri dengan pengkhianatan."

Sebagai bagian dari generasi 90-an, saya tidak turut merasakan kebahagiaan menyaksikan film-film silat buatan anak bangsa yang menyesaki bioskop pada dekade 80-an. Yang justru saya dapatkan, film syur dengan tampilan poster dan judul yang menggoda. Ketika akhirnya genre ini menghilang sama sekali dari layar lebar, para produser berinisiatif untuk memindahkannya ke layar kaca sebagai tontonan mingguan. Saya tidak pernah absen untuk menyimaknya terlebih orang tua sangat menggemari tontonan jenis ini. Pada awalnya, sebelum era sinetron stripping dimulai, Misteri Gunung Merapi, Tutur Tinular, hingga Angling Dharma adalah sajian yang mengasyikkan untuk disantap. Tapi layaknya film kolosal Indonesia yang perlahan hancur karena terlalu banyak menyuntikkan elemen seksualitas ke dalam penceritaan, maka serial silat kolosal di televisi tenggelam disebabkan oleh penceritaan yang melenceng kemana-mana. Perlahan tapi pasti, kepercayaan masyarakat hilang. 

January 14, 2013

THE 70th GOLDEN GLOBE AWARDS WINNERS LIST


Usai sudah perhelatan Golden Globe ke-70 yang diselenggarakan di Beverly Hilton Hotel dengan Tina Fey dan Amy Poehler bertindak sebagai pemandu acara. Jadi, apakah Anda bersuka ria dengan pilihan Hollywood Foreign Press Association (HFPA)? Apakah ini sesuai dengan prediksi Anda? Apakah kemenangan Ben Affleck berhasil mengobati luka hati setelah melihatnya ditendang tak berperasaan dari jajaran nominasi di Oscar tempo hari? Yah... apapun hasilnya, mari kita rayakan. Ucapan selamat dihaturkan setinggi-tingginya kepada para pemenang. 

January 12, 2013

REVIEW : THE IMPOSSIBLE


"Close your eyes, think of something nice." - Maria 

Di tengah sukacita perayaan Natal dan gegap gempita dalam menyambut pergantian tahun, sebuah kunjungan yang sama-sekali tidak diharapkan menyambangi Samudra Hindia pada pagi hari yang cerah ceria di 26 Desember 2004. Siapapun tidak ada yang menyangka jika aktivitas di esok hari yang tampaknya akan berjalan tidak berbeda dengan hari kemarin akan terinterupsi oleh gelombang Tsunami yang mengamuk dan menyerbu ke daratan. Tsunami mematikan yang menghempas 14 negara – beberapa diantaranya adalah Indonesia, Sri Lanka, India, dan Thailand – ini merenggut kurang lebih 230 ribu jiwa. Sontak, kehidupan jutaan keluarga di berbagai negara pun tidak lagi sama, termasuk keluarga Belon yang kisah perjuangan hidup mereka saat Tsunami memporakporandakan Khao Lak, Thailand, diangkat ke layar lebar dengan tajuk The Impossible. Adalah Juan Antonio Bayona, sutradara asal Spanyol, yang memulai karir film panjangnya melalui The Orphanage yang ditunjuk sebagai sutradara. Di bawah penggarapan Bayona, The Impossible pun menjelma layaknya The Orphanage, hanya saja... berkali-kali lipat lebih menyeramkan. Tsunami jelas lebih berhasil dalam menciutkan nyali penonton disertai debaran jantung yang begitu cepat serta menimbulkan efek traumatis ketimbang para makhluk halus. 

THE 85th ANNUAL ACADEMY AWARDS NOMINATIONS LIST


Baiklah, saya benar-benar terlambat membuat postingan yang berisi deretan nominasi ajang Academy Awards ke-85 yang pembacaan nominasinya sendiri telah dilakukan oleh Seth MacFarlane didampingi oleh aktris cantik, Emma Stone, pada Kamis, 10 Januari 2013, pukul 20.30 WIB lalu. Mungkin beberapa dari Anda akan mengernyit melihat postingan super terlambat ini tetap menampakkan diri meski beritanya telah menyebar luas sejak dua hari yang lalu. Akan tetapi, bukankah lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali? Siapa tahu masih ada segelintir pembaca yang belum sempat menilik siapa-siapa saja yang beruntung memperoleh nominasi piala botak emas ini. Lagipula, sebelum malam puncak yang rencananya akan dihelat pada 24 Februari 2013 di Dolby Theater, Los Angeles, dengan Seth MacFarlane didapuk sebagai host, maka apa yang saya tuangkan di sini belum benar-benar basi, bukan? *ngeles*

January 11, 2013

[Special] FILM INDONESIA TERLARIS 2012


Tahun 2012 yang telah berlalu meninggalkan kita sepekan silam cukup banyak menorehkan kebahagiaan terhadap perfilman Indonesia. Beberapa sineas bersuka cita lantaran film yang dikomandoinya berjaya di festival serta ajang penghargaan bertaraf internasional yang turut berdampak kepada mulai diliriknya film-film buatan anak bangsa oleh masyarakat dunia. Di samping keceriaan menyambut sejumlah film yang mengharumkan nama bangsa, para pekerja film di dalam negeri yang belum berkesempatan untuk memboyong filmnya ke luar dari Indonesia pun turut berpesta pora melihat penonton berduyun-duyun menggerebek bioskop demi menyaksikan film nasional. Pemandangan yang dalam dua tahun terakhir ini tidak kita jumpai di Indonesia. 

January 7, 2013

12 FILM INDONESIA TERBAIK 2012 VERSI CINETARIZ


Tahun 2012 telah kita tinggalkan sepekan yang lalu. Banyak kenangan manis dan pahit yang telah saya dapatkan sepanjang tahun itu. Sungguh sebuah tahun terbaik (sekaligus terburuk) bagi saya. Tidak akan pernah saya lupakan hingga nafas berhembus untuk terakhir kalinya. Dalam postingan ini, tentu saya tidak akan berceloteh mengenai kehidupan pribadi saya mengingat blog ini dikhususkan untuk membahas mengenai film - atau apapun yang berkaitan dengan film. Seperti kebiasaan saya (dan kebiasaan miliaran penggemar film di seluruh dunia) setiap menjelang akhir tahun atau jika terlambat, usai tahun baru, maka saya pun menghadirkan untuk kalian pagelaran 'Film Terbaik 2012' yang rencananya akan berlangsung sepanjang minggu ini (semoga...). Jika di tahun sebelumnya saya langsung membukanya dengan deretan 20 film terbaik secara keseluruhan, maka untuk kali ini saya akan mengawalinya terlebih dahulu dengan '12 Film Indonesia Terbaik 2012 Versi Cinetariz'. Anda pasti bertanya-tanya, ada apakah gerangan? 

January 6, 2013

REVIEW : DEMI UCOK


"Keberhasilan perempuan Batak itu dinilai dari anaknya. Kalau anak kau lebih hebat dari anak mami, baru kau boleh sombong." - Mak Gondut 

Salah satu lagu anak nasional mempunyai penggalan lirik seperti ini, “kasih ibu kepada beta tak terhingga sepanjang masa. Hanya memberi tak harap kembali...”. Hmmmm... tunggu sebentar, hanya memberi tak harap kembali, apakah lirik lagu ini dapat dibuktikan kebenarannya? Seorang ibu tulus memberi apapun kepada anaknya tanpa mengharapkan imbalan apapun? Jika meminjam istilah anak gahoel zaman sekarang, ‘ciyus, macacih, enelan’? Tidak juga. Seorang ibu pun tetaplah manusia, harapan mendapat balasan dari sang anak tentu bersemayam dalam hati. Beberapa mengungkapkan secara langsung, beberapa lainnya dipendam untuk mengetes kepekaan si buah hati. Mak Gondut (Lina Marpaung) terpaksa menyampaikannya secara terang-terangan lantaran gemas melihat putri semata wayangnya, Gloria (Geraldine Sianturi), masih betah untuk melajang meski usianya hendak melangkah ke kepala tiga. Glo, begitu sapaan akrab Gloria selain Gorilla, emoh untuk menikah dengan berdalih, “Glo tak mau seperti Emak. Kawin, lupa mimpi, and live boringly ever after.” Demi membujuk Glo untuk menikah, Mak Gondut mengiming-imingi suntikan dana sebesar Rp. 1 Milyar untuk proyek film kedua Glo yang jalan di tempat. 

January 2, 2013

REVIEW : THE HOBBIT: AN UNEXPECTED JOURNEY


"The world is not in your book and maps. It's out there!" - Gandalf 

Sebenarnya, ini terdengar tak masuk akal dan sangat dipaksakan. Novel The Hobbit rekaan J.R.R. Tolkien yang hanya terdiri dari kurang lebih 300 halaman dituangkan ke dalam tiga film? Oh, ini pasti sebuah lelucon. Akan tetapi, sayangnya (atau malah justru untungnya?) inilah kenyataan yang ada. Well... money talks! Apapun dalih yang dikemukakan oleh Peter Jackson atau pihak studio, satu hal yang pasti adalah trilogi ini hadir karena alasan finansial. Siapa yang tidak tergoda untuk mengulang kesuksesan The Lord of the Rings (TLOTR)? Ini jelas adalah sebuah kesempatan yang tepat untuk kembali mencapai masa kejayaan. New Line Cinema enggan untuk setengah-setengah memerlakukan film adaptasi novel yang lahir dari tangan dingin salah satu sastrawan Inggris terbaik ini terlebih setelah serangkaian peristiwa yang menyebabkan proses produksi The Hobbit jalan di tempat dan baru terealisasi nyaris satu dekade kemudian. Keputusan membawa kembali Peter Jackson untuk menggawangi film usai ditinggal Guillermo del Toro tidak bisa lebih tepat lagi. Di bawah penanganan Om Jackson, The Hobbit: An Unexpected Journey menjelma menjadi sebuah kado akhir tahun yang rupawan dan menghibur. 

Mobile Edition
By Blogger Touch