April 30, 2012

REVIEW : MODUS ANOMALI


Modus Anomali adalah film keempat dari sutradara muda berbakat, Joko Anwar, yang telah dinanti-nantikan kehadirannya sejak lama. Setelah menuntaskan Pintu Terlarang, Joko Anwar rehat sejenak dari kursi sutradara dan memilih untuk fokus pada penulisan naskah serta akting. Tiga tahun berselang sejak film terakhir, saya dibuat penasaran dengan kegilaan apa lagi yang akan digeber oleh sutradara jenius ini. Dua film sebelumnya, Kala dan Pintu Terlarang, terbilang luar biasa untuk ukuran film lokal. Di saat saya mulai kehilangan harapan terhadap perfilman nasional yang temanya berjalan di tempat, seorang juru selamat bernama Joko Anwar muncul ke permukaan. Sekalipun masyarakat Indonesia menanggapi karya-karyanya dengan dingin (sungguh mengecewakan!), sejumlah kritikus film dunia memberinya puja puji setinggi langit. Dan dia memang layak mendapatkannya. Film terbarunya, Modus Anomali bahkan mendapat kehormatan untuk diputar pertama kalinya di SXSW Festival bulan lalu bersama dengan The Raid sebelum rilis secara luas di bioskop. Komentarnya beragam, mayoritas menanggapi dengan positif. 

Kunci untuk menikmati film-film buatan Joko Anwar sesungguhnya sangat sederhana, konsentrasi. Dia tidak akan membiarkan Anda kebingungan, meraba-raba dalam kegelapan tanpa adanya penerangan sedikit pun. Jika Anda jeli dan cermat, maka segalanya akan terasa menyenangkan. Itulah yang harus Anda terapkan tatkala menyaksikan Modus Anomali. Dibandingkan Kala maupun Pintu Terlarang, Modus Anomali cenderung lebih rapi dalam penceritaan, lebih tenang dan tidak senjelimet kedua film tersebut. Bahkan apabila petunjuk-petunjuk yang berceceran di sepanjang jalan setapak Anda perhatikan dengan seksama, maka misteri yang melingkupi Modus Anomali akan dengan mudah dipecahkan. Bukankah sangat menyenangkan menyaksikan sebuah film dimana sepanjang perjalanan Anda senantiasa dilingkupi rasa penasaran serta diajak untuk menerka-nerka apa yang sesungguhnya terjadi? Bagi sebagian orang mungkin hal ini terasa terlalu memusingkan, terutama para pencari hiburan murni, namun bagi sebagian yang lain ini adalah seni dari menonton sebuah film. 

Sebuah tangan manusia menyeruak ke atas permukaan tanah diiringi dengan sengalan nafas dari seorang pria, diperankan dengan sangat cemerlang oleh Rio Dewanto, mengawali film yang membuat saya terlompat dari kursi bioskop. Dalam kondisi panik, dia segera menekan angka 112 di telepon genggamnya dan membuat panggilan. Beberapa detik setelah mendapatkan jawaban, pria tersebut tersadar... dia tidak ingat dengan namanya! Satu-satunya petunjuk adalah sebuah kartu identitas atas nama John Evans. Apakah benar nama pria tersebut sesungguhnya adalah John Evans? Memulai film dengan sedikit lambat, Joko Anwar ingin Anda memersiapkan jantung serta otak terlebih dahulu karena di menit-menit berikutnya Anda akan diajak untuk senam jantung dan senam otak secara bersamaan. Pemanasan terlebih dahulu sebelum memulai lari maraton. Dalam keadaan panik, Rio Dewanto mencari perlindungan. Dia memasuki sebuah kabin. Di dalam kabin tersebut, dia mendapati sebuah video yang berisi pembunuhan terhadap seorang wanita yang tengah hamil tua (Hannah Al Rasyid). 

Sampai disini, saya memutuskan untuk berhenti menceritakan apa yang terjadi selanjutnya. Susah untuk tidak spoiler saat menceritakan kembali jalan cerita dari Modus Anomali. Anda harus menyaksikannya sendiri untuk mengetahui ide liar apalagi yang dituangkan oleh Joko Anwar. Sekalipun Modus Anomali lebih sederhana dalam bertutur, gambar dan dialog dalam film ini tak sesederhana kelihatannya. Sepanjang 88 menit, Anda tidak hanya diminta melihat dan mendengar saja, tetapi juga memaknai. Apa yang sesungguhnya terjadi kepada pria tersebut? Mengapa dia bisa berakhir dengan terkubur hidup-hidup di awal film? Dan apa kaitannya pria ini dengan wanita hamil yang dihabisi tanpa ampun di kabin? Ketiga pertanyaan inilah yang minimal harus Anda pegang untuk memecahkan kasus pembunuhan di tengah hutan. Tidak terlalu susah untuk mencerna endingnya karena Joko Anwar menjelaskannya dengan cukup gamblang, tentunya dengan catatan Anda konsentrasi dalam menyusun kepingan-kepingan puzzle yang disebar sepanjang film. Dan, Joko beruntung mempunyai Gunnar Nimpuno yang tahu betul apa keinginan dari sang sutradara. Selain menyajikan gambar-gambar indah dengan seribu makna, pergerakan kameranya dinamis serta penggunaan long take yang rumit menjadi daya tarik tersendiri. Sekalipun Modus Anomali bukanlah karya terbaik dari seorang Joko Anwar, film ini jelas merupakan film lokal terunggul ditilik dari berbagai seri untuk kuartal pertama tahun 2012. Apabila Anda adalah penggemar berat film misteri serta haus akan film buatan dalam negeri yang berkualitas, maka Modus Anomali tidak seharusnya Anda lewatkan begitu saja.

Exceeds Expectations


2 comments:

  1. Padahal film ini saya tunggu-tunggu, tapi setelah nonton, rasanya film ini agak mengecewakan. Mulai dari plot & ending cerita yang mudah ditebak, kualitas akting yang kurang, dll.

    ReplyDelete

Mobile Edition
By Blogger Touch