February 23, 2011

REVIEW : BLACK SWAN

"I just want to be perfect." - Nina

Darren Aronofsky paham betul bagaimana cara membuat film horror / thriller yang baik tanpa harus melibatkan dedemit, pembunuh berdarah dingin maupun rumah angker. Aronofsky menyadari bahwa sesungguhnya hati dan pikiran manusia jauh lebih mengerikan daripada makhluk halus dan tersimpan berbagai misteri di dalamnya yang hanya diketahui oleh sang empunya dan Tuhan saja. Jika hati dan pikiran tidak dijaga dengan baik, maka jiwa dapat dengan mudah dirasuki oleh kekuatan jahat yang tak terbayangkan. Black Swan adalah sebuah cara dari Aronofsky untuk menyampaikan pesannya kepada masyarakat luas bahwasanya manusialah yang harus ditakuti, bukan setan. Pada dasarnya, setan itu adalah manusia sendiri dengan segala tipu daya dan kepalsuan. Ah, rumit sekali. Ya, Black Swan memang rumit dan ini tidak sekadar film drama pshycological biasa dengan bumbu thriller dan horror agar terlihat mencekam, namun ada yang lebih dari itu. Namun tentu saja Aronofsky tidak membuatnya serumit Inception meski jelas ini bukan tipe film yang bisa dibilang ringan.

Black Swan sendiri dikisahkan sebagai kembaran dari White Swan dalam pertunjukkan balet bertajuk Swan Lake gubahan Tchaikovsky yang harus dimainkan dengan baik oleh Nina (Natalie Portman) atau dia akan kehilangan perannya ini. Interpretasinya terhadap White Swan memang sudah bagus, namun dia masih dianggap kaku oleh Thomas Leroy (Vincent Cassel), sang sutradara, saat berubah menjadi Black Swan. Disinilah kondisi psikologis Nina perlahan mulai terganggu tatkala dia berupaya terlalu keras untuk menjadi sempurna dan memuaskan semua orang. Perannya sebagai Swan Queen perlahan mulai mencampuri kehidupan pribadinya dan Nina tak bisa lagi membedakan mana kenyataan dan mana yang sekedar ilusi. Sosok ibu (Barbara Hershey) yang seharusnya menjadi pelindung dan pendukung justru malah justru menjadi penyebab utama rusaknya mental Nina dengan segala kekangan dan tekanan. Hadirnya pendatang baru berbakat di New York City company, Lily (Mila Kunis), membuat segalanya menjadi rumit. Lily menawari Nina minuman beralkohol, narkoba, badan bertato hingga seks bebas yang liar. Leroy juga sempat mempertimbangkan Lily sebagai pengganti Nina setelah melihatnya mampu memainkan Black Swan dengan apik. Segala macam kegilaan, tekanan dan ketakutan ini pada akhirnya memuncak hingga kemudian Nina bertemu dengan sesosok doppelgänger yang terus menghantuinya.


Sebuah film thriller psikologikal yang menegangkan sekaligus mencekam berhasil diciptakan dengan sangat menawan oleh Darren Aronofsky. Sepanjang 108 menit, tak sekalipun ada momen yang membuat penonton merasa bosan atau terkantuk - kantuk, namun yang ada justru rasa penasaran yang terus meningkat tensinya di setiap menit. Salah besar jika kalian menganggap Black Swan hanyalah drama biasa yang bertutur mengenai seorang penari balet yang hidupnya penuh tekanan. Berbeda dengan karya Aronofsky sebelumnya, The Wrestler, aroma horror dan thriller justru kental terasa di Black Swan. Misteri demi misteri digulirkan oleh Aronofsky hingga memuncak di klimaks film yang mencegangkan sekaligus mengagumkan. Adegan transformasi Nina menjadi Black Swan merupakan salah satu adegan film terbaik di tahun 2010 yang menggabungkan antara special effect yang mulus, sinematografi yang indah dan editing yang cermat. Siapapun rasanya akan dibuat kagum sekaligus miris melihat adegan yang cantik ini. Oh iya, hampir saja lupa menyinggung ilustrasi musik dari Clint Mansell yang sangat indah dan memukau itu. Hingga film berakhir pun, musik gubahan Mansell ini terus terngiang di telinga dan masih sulit dilupakan hingga beberapa hari ke depan.



Sukses membuat Ellen Burstyn bersinar di Requiem for a Dream dan Mickey Rourke bermain gemilang di The Wrestler, kini saatnya bagi Natalie Portman menjadi 'korban' Aronofsky berikutnya. Sekali ini tak hanya Portman yang kebagian durian runtuh, tetapi juga Mila Kunis yang sebelumnya terbiasa bermain di film remaja ringan. Meski harus menempuh 6 bulan pelatihan fisik dan ballet yang melelahkan, bahkan kabarnya Portman sempat mengalami depresi, toh pada akhirnya segala pengorbanan itu berhasil terbayar dengan memuaskan. Portman bermain sangat meyakinkan sebagai Nina yang hidupnya didominasi oleh kepedihan, ketakutan dan halusinasi. Seorang gadis lugu yang hancur kehidupannya karena harapan dan mimpi yang terlalu muluk - muluk serta ketakutan yang berlebihan. Sulit membayangkan peran ini dibawakan oleh aktris lain. Sekali lagi, Darren Aronofsky sukses melakukan tugasnya dengan sangat baik.



Black Swan mungkin bukan yang terbaik di genrenya, namun apa yang dihasilkan oleh Aronofsky ini melebihi harapan siapapun yang menontonnya, terutama dengan penampilan cantik dari Natalie Portman. Mungkin tak semua orang puas dengan ending film ini, sebaliknya justru gemas dengan cara penyelesaian Aronofsky. Namun saya merasa justru memang seharusnya seperti ini Black Swan diakhiri. Pertanyaan akan segala misteri tak serta merta dijawab secara gamblang, penonton diminta untuk menafsirkannya sendiri. Misterius adalah kunci yang menjadikan Black Swan terasa menarik. Apa menariknya jika kemudian Aronofsky menjelaskan semuanya dengan panjang lebar ? Pada akhirnya, Black Swan tidak hanya menjadi pencapaian tertinggi bagi Portman dan Aronofsky, tetapi juga membuat Kunis, Cassell, Hershey dan Winona Ryder kembali ke posisi yang patut diperhitungkan di Hollywood. Black Swan dengan segala keindahan, kemisteriusan dan kejutannya, sangat sayang untuk dilewatkan begitu saja.


Outstanding



Trailer :



1st IMBLOG CHOICE AWARDS 2011 WINNERS LIST



Terima kasih atas partisipasi para pembaca blog Cinetariz yang budiman dalam rangka menyukseskan IMBLOG Choice Awards yang pertama. Meski gegap gempitanya tidak begitu terasa, tapi untuk ukuran award kecil - kecilan yang baru pertama kali diselenggarakan hasilnya jauh dari kata mengecewakan. Ini memicu semangat para movie blogger untuk terus meningkatkan kualitas tulisan dan berharap komunitas online IMBLOG bisa terus bertahan dan berkembang sehingga nantinya mampu melahirkan event - event lain yang lebih seru, tidak hanya berkutat pada mini award ini. Yah, doakan saja semoga IMBLOG menjadi kian besar dan diakui keberadaannya oleh masyarakat luas. Sekali lagi saya mewakili teman - teman di komunitas mengucapkan terima kasih banyak kepada kalian yang telah membantu menyukseskan acara ini.

Para pemenang IMBLOG Choice Awards yang pertama telah diumumkan di Flick Magazine sejak hari Minggu lalu tanggal 20 Februari 2011. Agak telat ya saya mengumumkannya disini, hehe. Tapi tak apalah. Mungkin beberapa diantara kalian masih ada yang belum mengetahui siapa saja yang keluar menjadi pemenang di kategori Tersohor (pilihan publik) maupun Jawara (pilihan juri IMBLOG). Seperti yang sudah diduga oleh mayoritas member, Inception dan Minggu Pagi di Victoria Park menggondol banyak penghargaan. Meski tidak populer di kalangan publik, tapi Minggu Pagi di Victoria Park ternyata berhasil mencuri hati para juri IMBLOG. Berikut ini adalah pemenang lengkap baik di kategori Tersohor maupun Jawara, plus tambahan 10 film yang Harusnya Jadi Jawara (belum diedarkan di Indonesia dalam bentuk apapun sepanjang 2010) dan 10 film yang Tidak Bakal Jadi Jawara (film terburuk versi IMBLOG) ;

JAWARA

IMBlog Choice Awards Untuk Film Asing
  1. Trailer Jawara : Black Swan
  2. Tagline Jawara : You Don't Get 500 Million Friends Without Making A Few Enemies (The Social Network)
  3. Poster Jawara : Buried
  4. Ending Jawara : Toy Story 3
  5. Opening Jawara : The Social Network
  6. Musik Pengiring Jawara : Inception (oleh Hans Zimmer)
  7. Lagu Tema Jawara : I See The Light (Rapunzel)
  8. Film Animasi Jawara : Toy Story 3
  9. Film Dokumenter Jawara : Oceans
  10. Pelakon Baru Jawara : Chloe Grace Moretz (Kick-Ass)
  11. Kumpulan Pelakon Jawara : Inception
  12. Pelakon Pendukung Wanita Jawara : Chloe Grace Moretz
  13. Pelakon Pendukung Pria Jawara : Andrew Garfield (The Social Network)
  14. Pelakon Utama Wanita Jawara : Noomi Rapace (The Girl With The Dragon Tattoo)
  15. Pelakon Utama Pria Jawara : Jesse Eisenberg (The Social Network)
  16. Skenario Jawara : The Social Network (oleh Aaron Sorkin)
  17. Sutradara Jawara : Christopher Nolan (Inception)
  18. Film Asing Jawara : Inception

IMBlog Choice Awards Untuk Film Indonesia

  1. Poster Kacrut Jawara : Ciin, Tetangga Gw, Kuntilanak!
  2. Aktris Kacrut Jawara : Cynthiara Alona (Ciin, Tetangga Gw, Kuntilanak!)
  3. Aktor Kacrut Jawara : Teguh Julianto (Diperkosa Setan)
  4. Sutradara Kacrut : Petruska Karangan (Diperkosa Setan)
  5. Film Kacrut : Ciin, Tetangga Gw, Kuntilanak!
  6. Poster Jawara : Rumah Dara
  7. Aktor/Aktris Senior Jawara : Deddy Mizwar (Alangkah Lucunya Negeri Ini)
  8. Aktor/Aktris Anak Jawara : Rangga Adithia (Alangkah Lucunya Neger Ini)
  9. Pendatang Baru Jawara : Kimmy Jayanti (I Know What You Did On Facebook)
  10. Aktris Pendukung Jawara : Ella Hamid (Minggu Pagi di Victoria Park)
  11. Aktor Pendukung Jawara : Asrul Dahlan (Alangkah Lucunya Negeri Ini)
  12. Aktris Utama Jawara : Shareefa Danish (Rumah Dara)
  13. Aktor Utama Jawara : Lukman Sardi (Sang Pencerah)
  14. Naskah Jawara : Hari Untuk Amanda (Salman Aristo dan Ginatri S. Noer)
  15. Sutradara Jawara : Lola Amaria (Minggu Pagi di Victoria Park)
  16. Film Indonesia Jawara : Minggu Pagi di Victoria Park

IMBlog Choice Awards Tersohor Untuk Film Asing (202 Voters)

  1. Trailer Tersohor : Inception
  2. Tagline Tersohor : You Don't Get 500 Million Friends Without Making A Few Enemies (The Social Network)
  3. Poster Tersohor : Inception
  4. Ending Tersohor : Inception
  5. Opening Tersohor : Inception
  6. Musik Pengiring Tersohor : Inception (oleh Hans Zimmer)
  7. Lagu Tema Tersohor : I See The Light (Rapunzel)
  8. Film Animasi Tersohor : Toy Story 3
  9. Film Dokumenter Tersohor : Babies
  10. Pelakon Baru Tersohor : Chloe Grace Moretz (Kick-Ass)
  11. Kumpulan Pelakon Tersohor : Inception
  12. Pelakon Pendukung Wanita Tersohor : Chloe Grace Moretz (Kick-Ass)
  13. Pelakon Pendukung Pria Tersohor : Andrew Garfield (The Social Network)
  14. Pelakon Utama Wanita Tersohor : Sandra Bullock (The Blind Side)
  15. Pelakon Utama Pria Tersohor : Leonardo DiCaprio (Shutter Island)
  16. Skenario Tersohor : Inception (oleh Christopher Nolan)
  17. Sutradara Tersohor : Christopher Nolan (Inception)
  18. Film Asing Tersohor : Inception

IMBlog Choice Awards Tersohor Untuk Film Indonesia (154 voters)

  1. Poster Kacrut Tersohor : Ciin, Tetangga Gw Kuntilanak!
  2. Aktris Kacrut Tersohor : Andi Soraya (Arisan Brondong)
  3. Aktor Kacrut Tersohor : Teguh Julianto (Diperkosa Setan)
  4. Sutradara Kacrut Tersohor : Nayato Fio Nuala (18+)
  5. Film Kacrut Tersohor : Ciin, tetangga Gw, Kuntilanak!
  6. Poster Tersohor : Rumah Dara
  7. Aktor/Aktris Senior Tersohor : Deddy Mizwar (Alangkah Lucunya Negeri Ini)
  8. Aktor/Aktris Anak-Anak Tersohor : Sakurta Ginting (Alangkah Lucunya Negeri Ini)
  9. Pendatang Baru Tersohor : Ihsan Tarore (Sang Pencerah)
  10. Aktris Pendukung Tersohor : Henidar Amroe (3 Hati 2 Dunia 1 Cinta)
  11. Aktor Pendukung Tersohor : Asrul Dahlan (Alangkah Lucunya Negeri Ini)
  12. Aktris Utama Tersohor : Shareefa Danish (Rumah Dara)
  13. Aktor Utama Tersohor : Lukman Sardi (Sang Pencerah)
  14. Naskah Tersohor : Alangkah Lucunya Negeri Ini (oleh Musfar Yasin)
  15. Sutradara Tersohor : Hanung Bramantyo (Sang Pencerah)
  16. Film Indonesia Tersohor : Alangkah Lucunya Negeri Ini
Harusnya Jadi Jawara, sebuah daftar film rekomendasi yang tidak tayang selama masa periode 2010 di bioskop atau pun DVD orisinil. Inilah mereka diurutkan secara alfabetis
  1. 127 Hours
  2. Another Year
  3. Black Swan
  4. Blue Valentine
  5. Easy A
  6. The Fighter
  7. I Am Love
  8. The Kids Are Alright
  9. The King's Speech
  10. Somewhere

Tidak Bakal Jadi Jawara, yaitu daftar film terburuk selama periode 2010 adalah :

  1. Eat Pray Love
  2. Furry Vengeance
  3. King of Fighters
  4. The Last Airbender
  5. Skyline
  6. Tekken
  7. Sex and The City 2
  8. Vampire Suck
  9. When In Rome
  10. A Nightmare On Elm Street
Nominasi lengkap IMBLOG Choice Awards bisa dilihat disini.

February 20, 2011

REVIEW : THE KING'S SPEECH


Sebelum sejumlah film asing menolak tayang di bioskop Indonesia, para pecinta film cukup beruntung karena masih bisa menyaksikan beberapa tayangan bermutu di bioskop macam The King's Speech, The Fighter maupun Shaolin. Cukup melegakan The King's Speech bisa tayang di bioskop sementara rekan seperjuangannya, 127 Hours, harus mengalami nasib yang mengenaskan karena terpaksa ditunda penayangannya setelah MPA merasa diperlakukan tidak adil oleh pemerintah Indonesia. The King's Speech yang dikomandoi oleh Tom Hooper, saat ini menjadi unggulan utama untuk meraih piala Oscar kategori Best Picture setelah sebelumnya berhasil menang besar di beberapa ajang penghargaan film bergengsi menyingkirkan saingan beratnya, The Social Network. Timbul banyak pertanyaan dan tentunya ini memunculkan rasa penasaran para pecinta film, apa yang membuat The King's Speech begitu dicintai oleh kritikus dan juri penghargaan ? Didukung tiga nama besar ; Colin Firth, Helena Bonham Carter dan Geoffrey Rush, The King's Speech bertutur dengan sederhana dan tidak berbelit - belit.

Rasanya hampir setiap orang pernah mengalami perasaan nervous dan takut saat diminta untuk berpidato di hadapan banyak orang. Memang, harus diakui, meski terlihat mudah namun berpidato itu bukanlah perkara yang mudah. Bahkan para pemimpin dan pejabat negara pastinya pernah merasakan hal yang sama. Ini manusiawi sekali, tak perlulah merasa malu untuk mengakuinya. Nah, saat orang normal saja mengalami kesulitan saat diminta berpidato, lantas bagaimana dengan mereka yang memiliki penderita gagap ? Inilah yang coba diangkat oleh David Seidler dalam naskah buatannya yang ciamik itu. Film dibuka dengan kegagalan Prince Albert (Colin Firth) dalam menyampaikan pidato penutupan pameran kerajaan dengan lancar karena kegagapannya. Karena malu, terlebih mengingat statusnya adalah pangeran, Albert mencari dokter ahli untuk menyembuhkan gagapnya ini. Namun dia merasa kurang cocok dengan metode penyembuhan yang diterapkan oleh sang dokter hingga kemudian istrinya (Helena Bonham Carter) mencari alternatif lain dan membawanya ke Lionel Logue (Geoffrey Rush), seorang terapis yang sejatinya merupakan aktor gagal. Lionel memiliki pendekatan yang berbeda dan cenderung tidak lazim dalam menyembuhkan pasiennya, bahkan berulang kali Albert protes karena ini.


Merasa tertekan, Prince Albert kehilangan kepercayaan bahwa gagapnya bisa disembuhkan. Di saat dia mulai menjauhi Lionel, cobaan menghampirinya. Sang ayah, King George V (Michael Gambon), mangkat, dan kakaknya yang ditunjuk sebagai pewaris tahta malah menyatakan ketidaksanggupannya demi menikahi janda Amerika yang dia cintai. Mau tidak mau, Prince Albert lah yang menjadi satu - satunya harapan kerajaan Inggris. Di saat inilah Prince Albert atau King George VI kembali menemui Lionel. Kali ini tidak sebagai pasien, melainkan sebagai seorang sahabat. Cukup mengejutkan saya ternyata The King's Speech memiliki kisah yang berbeda dari drama historikal sejenis yang biasanya berkutat mengenai romantisme atau perebutan kekuasaan. Hooper lebih menekankan pada persahabatan unik yang terjalin antara King George VI dengan Lionel dan justru inilah yang membuatnya menarik buat disimak. Barisan cast-nya tak ada yang mengecewakan terutama Colin Firth yang bermain gemilang sebagai King George VI dan Geoffrey Rush yang tampil meyakinkan sebagai terapis 'sinting'. Helena Bonham Carter yang sekali ini tampil normal, pas sekali dalam menghidupkan peran Elizabeth. Akankah juri Oscar memenangkan mereka ? Sulit untuk diwujudkan, namun satu hal yang pasti Colin Firth harus membawa pulang piala Best Actor. Harus !

Tidak dituturkan dengan drama berdialog panjang, The King's Speech memilih untuk mengalir dengan santai. Seidler memenuhi dialognya dengan humor - humor khas Inggris yang segar dan menggelitik yang sanggup membuat penonton tertawa renyah berkali - kali. Tak hanya lucu, The King's Speech juga menyentuh sekaligus menginspirasi. Bagi yang menderita gagap maupun mereka yang sulit untuk berbicara di depan khalayak ramai tentu akan tersentuh mengikuti kisah hidup King George VI. Persahabatannya dengan Lionel juga digambarkan dengan begitu manis, menjelaskan kepada penonton apa makna dari persahabatan dan apa itu sahabat sejati. Ya, The King's Speech bukanlah drama historikal biasa yang mengisahkan kehidupan seorang raja, namun lebih dari itu, menyampaikan pesan yang penting mengenai persahabatan dan keberanian. Sungguh film yang menginspirasi. Saat film berakhir, saya hampir tak sadar telah menitikkan air mata dan pada akhirnya mengacungkan dua jempol untuk film yang digarap dengan sangat baik oleh Tom Hooper ini. Sebuah film yang sangat sayang untuk dilewatkan.

Outstanding

Trailer :


February 19, 2011

REVIEW : SHAOLIN


Kolaborasi Andy Lau dan Jackie Chan menjadi daya tarik utama tersendiri dari film yang merupakan versi baru dari The Shaolin Temple, film debut Jet Li, ini. Sedianya akan dirilis pada tahun 2010 namun karena beberapa hal terpaksa diundur ke awal tahun 2011 untuk menyambut perayaan Imlek. Shaolin yang berdana besar ini, konon sampai menghabiskan $30 juta, dibuat oleh salah satu sineas berbakat di Hong Kong, Benny Chan. Benny sudah berulang kali bekerja sama dengan Jackie Chan, beberapa diantara yang populer adalah Who Am I?, New Police Story dan Rob-B-Hood. Beban yang harus dipikul oleh Benny tentu tidak ringan apalagi mengingat The Shaolin Temple adalah film yang legendaris dan sedikit saja kesalahan bisa membuat Shaolin mendapat kritikan pedas dari fans Jet Li maupun filmnya sendiri. Namun bagi saya pribadi, Benny Chan tergolong sukses menghadirkan remake dari The Shaolin Temple ini. Bekerja sama dengan penulis naskah, Alan Yuen, film bergerak dengan cepat tanpa perlu banyak basa basi. Durasi 130 menit dimanfaatkan dengan sangat baik.

Jenderal Hou Jie (Andy Lau) memang dikenal sebagai seorang yang sombong dan kejam. Dia tak segan membunuh siapapun yang menghalanginya, meski itu berarti harus membunuh di biara shaolin. Yang tak diketahui oleh orang banyak adalah Hou Jie sangat mencintai keluarganya dan negerinya sendiri, tak heran jika dia menolak mentah - mentah untuk bekerja sama dengan pihak asing yang menurutnya hanya ingin mengeruk kekayaan dari China semata. Hal ini membuat Cao Man (Nicholas Tse), orang kepercayaan Hou Jie, geram. Dia pun merencanakan kudeta saat Hou Jie melaksanakan acara makan malam perjodohan bersama Song Hu (Shi Xiaohong). Adegan kudeta ini berlangsung menegangkan dan membuat Hou Jie terpaksa membunuh sahabatnya sendiri. Bersama dengan anak dan istrinya, Hou Jie pun memutuskan melarikan diri. Malangnya, anak perempuan Hou Jie meninggal dalam pelarian. Dalam kondisi yang tidak stabil karena kehilangan anak, jabatan dan harta, Hou Jie pun dicampakkan oleh istrinya, Yan Xi (Fan Bingbing). Demi mencari perlindungan dan ketenangan dalam hidup, Hou Jie memutuskan bersembunyi di biara Shaolin. Beruntung dia disambut dengan baik disini. Perkenalannya dengan sang juru masak, Wudao (Jackie Chan), membuatnya memandang hidup dari perspektif lain. Bertobat, Huo Jie menjalani kehidupan sebagai biarawan di biara Shaolin.

Namun Huo Jie masih belum bisa tenang sepenuhnya karena Cao Man yang sekarang menjadi penguasa masih mengincar nyawanya. Di bawah pemerintahan Cao Man, Dengfeng menjadi carut marut dengan jumlah pengungsi dan korban perang yang meningkat drastis. Huo Jie mencoba untuk membuat Cao Man bertobat, tapi ambisi dan kesombongan telah membuat hati Cao Man sekeras batu. Bukannya menuruti perkataan mantan atasannya itu, Cao Man justru melancarkan serangan ke biara Shaolin. Yang perlu dipersiapkan sebelum menonton Shaolin selain mood yang baik adalah persediaan tissue yang banyak. Sejak menit awal, Benny Chan menuturkan kisah dalam Shaolin dengan suram, hampir tak ada sedikit pun kebahagiaan di dalamnya. Disinilah kehadiran Jackie Chan menjadi efektif. Meski hanya dipasang sebagai pemeran pembantu saja, Jackie berhasil mencuri perhatian penonton. Humor dan tingkah lakunya yang kocak mampu mencairkan suasana untuk sejenak setelah sebelumnya dibuat tegang melulu. Andy Lau dan Nicholas Tse bermain apik dan cukup meyakinkan, begitu juga dengan Fan Bingbing yang tangisannya mampu merobek hati para penonton.

Bujet dimanfaatkan dengan baik, seakan Benny tak membuat uang sebanyak itu terbuang percuma. Adegan peperangan dan setting digarap dengan detil, namun yang paling memukau tentu saja pertumpahan darah di biara Shaolin pada akhir film. Menegangkan, menakjubkan, tetapi juga mengiris hati. Tentu saja Shaolin tak luput dari kesalahan karena tak ada satupun yang sempurna di dunia ini. Naskah buatan Alan Yuen meski cukup bagus, nyatanya masih meninggalkan lubang disana sini terlebih dengan plot Shaolin yang terbilang biasa saja. Penonton yang mengharapkan tontonan full action pun mungkin akan dibuat agak kecewa. Meski ada beberapa adegan aksi yang menegangkan, secara keseluruhan rasanya lebih pas menyebut Shaolin sebagai film melodrama ketimbang aksi. Mengesampingkan segala kelemahan yang ada, Shaolin menjadi tontonan yang memuaskan bagi saya. Selama 130 menit, rasa bosan tak sekali pun menghampiri bahkan di kala adegan yang terasa tak penting sekali pun. Adegan aksinya seru dengan koreografi dari Corey Yuen yang menawan, dramanya mampu menguras air mata dan komedinya sanggup beberapa kali bikin tergelak. Shaolin sanggup membuat saya tegang, menangis dan tertawa dalam waktu yang bersamaan. Film yang sangat menarik.

Exceeds Expectations

Trailer :


February 12, 2011

(Special) 21 FILM PALING ROMANTIS DEKADE INI

SPOILER ALERT!

Saya memang tidak merayakan Valentine's Day untuk alasan tertentu, tapi setiap menjelang hari kasih sayang tersebut saya memiliki ritual khusus dengan menonton film - film romantis. Kadang sendiri, kadang juga bersama keluarga, namun tak pernah bersama pasangan. Bagi saya, menyaksikan film romantis di bulan Februari, khususnya menjelang Valentine, membuat film tersebut memiliki greget lebih. Mungkin perasaan saya saja, tapi karena itulah saya mengharamkan genre lain selain roman untuk ditonton sebelum tanggal 14 Februari usai. Nah, kebetulan sekali Februari adalah saatnya liburan di kampus saya sehingga ada waktu lebih untuk membuat gigi terasa sakit lantaran terlalu banyak menonton film manis. Tahun ini pun ritual masih tetap berlangsung hanya bedanya sekali ini saya ingin berbagi dengan para pembaca Cinetariz mengenai pilihan saya atas 21 film paling romantis dalam satu dekade terakhir. Film yang masuk ke dalam list saya hanyalah film yang dirilis pada tahun 2000 hingga 2009 dan berasal dari barat saja. Untuk Asia, saya membuatnya dalam postingan lain yang sayangnya belum tahu kapan akan dipublikasikan saking padatnya jadwal di kala liburan ini.

Ingin merayakan Valentine tapi tak ada pasangan ? Cukup sewa film di bawah ini dan tonton di rumah, bisa sendiri atau bersama keluarga. Bagi yang memiliki pasangan juga dipersilahkan untuk mengintip, siapa tahu saat Valentine sedang malas keluar untuk dinner dan hanya ingin menghabiskan waktu di rumah bersama pasangan seraya nonton film. Percayalah, manisnya akan tetap terasa. Silahkan memilih, semoga list yang saya susun ini bisa memberi manfaat kepada pembaca sekalian. Enjoy the movie!

Inilah ke-21 film romansa yang paling saya suka dalam satu dekade terakhir :

21. Vicky Cristina Barcelona (2008)


Cinta itu memang rumit, liar dan aneh. Vicky dan Cristina membuktikannya melalui petualangan cinta mereka di kota yang sangat romantis, Barcelona. Tapi, apa perbedaan antara cinta dengan nafsu ?

20. The Lake House (2006)


Remake dari film Korea berjudul Il Mare ini tak diduga ternyata sama manis dan menyentuhnya dengan versi aslinya. Kisahnya mungkin tak masuk akal, tapi saya tak peduli selama itu mampu mengaduk - aduk emosi saya.

19. Paris, je t'aime (2006)


18 kisah cinta dengan rasa yang berbeda - beda dengan setting kota Paris. Cinta bisa datang darimana saja, cinta itu misterius dan terkadang menyakitkan. Namun cinta juga merupakan petualangan dan anugrah. Ah lengkap deh pokoknya !

18. Bridget Jones's Diary (2001)


Kisah cinta yang menggelitik nan romantis tentang wanita usia 30-an yang tak kunjung mendapat jodoh. Tanpa disadari, terkadang orang yang kita cari ternyata berada di dekat kita. Cocok bagi mereka yang kadung desperate karena susah mendapatkan jodoh.

17. Amelie (2001)


Romantisme berbalut komedi fantasi yang aneh ? Kenapa tidak. Perjalanan Amelie dalam mencari pasangan hidup dengan cara yang unik dan berbeda plus latar belakang kota Paris yang cantik terasa begitu manis, semanis Audrey Tautou.

16. The Proposal (2009)


Komedi romantis yang klise tentang pasangan beda kasta dan kepribadian. Diakui atau tidak, romcom dengan formula kuno seperti ini nyatanya masih ampuh apalagi chemistry Sandra Bullock dan Ryan Reynolds terasa pas. Manis dan menggelitik.

15. Wall-E (2008)


Siapa bilang cinta hanya untuk manusia ? Robot pun punya hak untuk jatuh cinta. Kisah cinta yang tidak biasa dan beda kasta ini dituturkan dalam bentuk animasi 3D. Jangan keburu pesimis dulu sebelum menjajal petualangan cinta Wall-E dengan Eve.

14. A Walk to Remember (2002)


Terkadang romantisme yang klise justru merupakan yang paling enak untuk disantap. Kisah cinta mendayu - dayu antara cowok populer dengan cewek religius ini diperkuat dengan sejumlah soundtrack apik dan chemistry manis antara Mandy Moore dengan Shane West.

13. Lars and the Real Girl (2007)


Cinta itu memang susah untuk dimengerti, seperti halnya Lars. Cinta tulus Lars kepada si boneka serta cinta keluarga dan kerabat kepada Lars mampu membuat siapapun yang menontonnya terenyuh. Pengorbanan pun dilakukan untuk mewujudkan cinta.

12. Eternal Sunshine of the Spotless Mind (2004)


Romantisme bergabung dengan science fiction ? Aneh. Tapi justru keanehan itulah yang membuatnya terasa special. Jika memang sudah ditakdirkan untuk bersatu, menghapus memori pun tak ada artinya, hanya membuang - buang waktu saja.

11. Moulin Rouge (2001)


Film romantis tragis dengan balutan komedi musikal. Puitis namun surealis. Kisah cinta versi Baz Luhrmann yang agak nyeleneh ini tanpa disangka ternyata meninggalkan kesan yang cukup dalam. Siapkan tissue sebelum menonton.

TOP 10

10. P.S. I Love You (2007)


Memorable scene = Holly membaca surat dari Gerry di tempat favorit Gerry kecil bermain. Saat itu Gerry hadir dan menyandarkan kepalanya di bahu Holly. Gosh, that's so sweet !

Favourite line = Gerry : "Every morning I still wake up and the first thing I want to do is to see your face."

Mungkin tak seindah versi novelnya, tapi P.S. I Love You masih sanggup membuat saya berteriak 'so sweet' berkali - kali. Beberapa adegan terkesan cengeng dan depresi, namun menawarkan kisah cinta yang sangat menyentuh. Rasanya hampir setiap perempuan di dunia ini mengidamkan sosok suami seperti Gerry. Kisah yang sudah manis masih ditunjang dengan pemandangan alam Irlandia yang super duper indah.

9. If Only (2004)


Memorable scene = Di tengah guyuran hujan yang lebat, Ian dan Samantha gagal mengejar taksi. Momen menunggu taksi dimanfaatkan Ian untuk mengungkapkan perasaan dia yang sesungguhnya kepada Samantha. Inilah terakhir kalinya mereka berdua bersama sebelum akhirnya dipisahkan oleh maut.

Favourite line = Ian : "I have to tell you this and you need to hea
r it. I loved you since I met you, but I wouldn't allow myself to truly feel it until today. I was always thinking ahead, making decisions soaked with fear... Today, because of you... what I learned from you; every choice I made was different and my life has completely changed... and I've learned that if you do that, then you're living your life fully... it doesn't matter if you have five minutes or fifty years. Samantha if not for today, if not for you I would never have known love at all... So thank you for being the person who taught me to love... and to be love."

Hargai apa yang telah kau miliki. Kau tidak akan tahu betapa berharganya itu hingga kau kehilangan. Romantisme berbalut fantasi ini berhasil menawarkan kisah yang sangat romantis tatkala Ian berusaha memperbaiki kesalahan yang telah dia lakukan kepada Samantha di hari terakhir mereka bersama. Jika P.S. I Love You mengandalkan alam Irlandia sebagai jualan utama disamping romantismenya, maka If Only tidak jauh berbeda, hanya saja disini memakai tetangga Irlandia, Inggris.

8. Punch-Drunk Love (2002)


Memorable scene = Setelah kencan di apartemen Lena, Barry pergi begitu saja. Saat hendak mencapai pintu keluar, seorang wanita tua memanggilnya sambil menyodorkan telepon, "Is your name Barry? This is for you." Lena yang menelepon mengungkapkan betapa dia menikmati kencan mereka dan keinginan untuk mencium Barry. Barry pun segera berlari ke apartemen Lena, namun dia tak mengingatnya karena semua terlihat sama. Setelah hampir putus asa, dia menemukannya, mengetuk pintunya dan mencium Lena.

Favourite line = Barry : "I'm lookin' at your face and I just wanna smash it. I just wanna fuckin' smash it with a sledgehammer and squeeze it. You're so p
retty."
Lena : "I want to chew your face, and I want to scoop out your eyes and I want to eat them and chew them and suck on them."

Ingin mencoba romantisme yang berbeda ? Maka Punch-Drunk L
ove adalah jawabannya. Kisah cinta yang diusung oleh Paul Thomas Anderson terbilang absurd, namun herannya tetap terasa manis. Lihat saja penggalan dialog diatas, mengerikan bukan ? Chemistry Adam Sandler dengan Emily Watson sangat kuat. Inilah penampilan terbaik dari Adam Sandler. Punch-Drunk Love menawarkan alternatif bagi mereka yang bosan dengan kisah roman picisan yang mendayu dayu.

7. 50 First Dates (2004)


Memorable scene = Saat Lucy pertama kali menonton video buatan Henry yang bertujuan untuk menyembuhkan penyakit Lucy. Romantis, lucu dan menyentuh.

Favourite line = Henry : "You erased me from your memories because you thought you were holding me back from having a full and happy life. But you made a mistake. Being with you is the only way I could have a full and happy life. You're the girl of my dreams... and apparently, I'm the man of yours."

Adam Sandler lagi ? Yup yup yup. Komedian yang satu ini sepertinya ditakdirkan menjadi raja romcom era 2000-an. Dalam 50 First Dates, dia bereuni dengan Drew Barrymore setelah sebelumnya bermain di film manis lainnya, The Wedding Singer. Yang membuat film ini terasa romantis adalah bagaimana usaha Henry untuk membuat Lucy jatuh cinta kepadanya. Tidak hanya sekali, namun setiap hari. Sekali saja sudah sangat melelahkan, bagaimana tuh rasanya kalau harus melakukannya berulang ulang kali ? Kisah romantis ini dikemas dalam komedi. Lucu dan romantis sepanjang film.

6. The Notebook (2004)


Memorable scene = Noah mengajak Allie pergi menaiki cannoe di danau yang dipenuhi serombongan angsa putih dengan pemandangan yang sangat indah. Tak berselang lama, hujan deras mengguyur yang memaksa mereka untuk menepi. Di tengah guyuran hujan, mereka berciuman. Sangat romantis. Adegan inilah yang menjadi poster dari The Notebook.

Favourite line = Allie : "Why didn't you write me? Why? It wasn't over for me, I waited for you for seven years. But now it's too late."
Noah : "I wrote you 365 letters. I wrote you everyday for a year."
Allie : "You wrote me?"
Noah : "Yes... it wasn't over, it still isn't over."

Sebenarnya The Notebook menawarkan kisah yang sangat klise dan tak menawarkan sesuatu yang baru sama sekali. Beruntunglah chemistry Ryan Gosling dengan Rachel McAdams yang sangat dahsyat mampu mengangkat film ini, ditambah lagi Nick Cassavetes pintar mencari shot - shot indah untuk ditampilkan. Alhasil kisah cinta mendayu - dayu ala Nicholas Sparks sukses merebut hati siapapun yang menontonnya.

5. (500) Days of Summer (2009)


Memorable scene = Sulit untuk melupakan adegan 'Expectations' versus 'Reality'-nya Tom di pesta yang diadakan Summer menjelang film berakhir. Di satu sisi romantis, namun di sisi lain menyakitkan. Adegan ini dilanjutkan dengan Tom yang mengenang masa - masa bersama Summer.

Favourite line = Tom : "What happens if you fall in love?"
Summer : "Well, you don't believe that, do you?"
Tom : "It's love. It's not Santa Claus."

(500) Days of Summer memiliki naskah kuat yang jarang dimiliki oleh film romansa kebanyakan. Cara bertuturnya yang non-linear mungkin agak mengganggu bagi sebagian orang, namun justru itulah kekuatan utama film ini. Summer yang sinis dan Tom yang romantis dibawakan dengan sangat apik oleh Zooey Deschanel dan Joseph Gordon-Levitt. Film ini juga memiliki segudang dialog cerdas dan adegan romantis menawan.

4. Once (2007)


Memorable scene = Adegan di toko alat musik pada awal film saat Guy dan Girl membawakan tembang 'Falling Slowly'. Tidak begitu istimewa memang, tapi adegan inilah yang membuat saya jatuh cinta dengan film ini.

Favourite line = Guy : "What's the Czech for "Do you love him"?
Girl : (speaks in Czech)
Guy : "Do you still love him?"
Girl : (speaks in Czech)

Inilah film romantis yang dituturkan paling tulus, realistis dan tidak berlebihan. Musik dan cinta agaknya memang satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Dituturkan dengan minim dialog, namun secara efektif berhasil menyampaikannya dengan manis melalui musik dan lagu. Glen Hansard dan Marketa Irglová yang minim pengalaman akting mampu bermain natural dengan chemistry yang memukau. Once mengajarkan bahwa cinta itu tidak harus memiliki, yang terpenting adalah membuat bahagia orang yang kita cintai.

3. Serendipity (2002)


Memorable scene = Jonathan dan Sara masuk ke lift yang berbeda di sebuah hotel besar di New York. Sara berkeyakinan, jika mereka memang jodoh, mereka akan memencet lantai yang sama. Keduanya memencet lantai 23. Sayangnya, di tengah perjalanan, masuklah seorang anak kecil nakal ke dalam lift Jonathan dan memencet semua tombol lantai. Akhir dari adegan ini bisa ditebak, tapi tetap saja sukses membuat penonton gregetan.

Sara : "You don't have to understand. You just have to have faith."
Jonathan : "Faith in what?"
Sara : "Destiny."

Jika memang sudah takdir dan jodoh, maka tak akan kemana. Tapi itu bukan berarti kita hanya duduk diam menunggu jodoh kita datang menghampiri. Jonathan dan Sara terus mencari cinta sejati mereka selama 7 tahun hingga akhirnya menyadari bahwa mereka memang ditakdirkan untuk bersama.

2. Love Actually (2003)


Memorable scene = Di malam Natal, Mark mengetuk pintu rumah Juliet. Tanpa berbicara, dia menunjukkan kertas besar yang bertuliskan kata - kata yang mengungkapkan rasa cintanya kepada gadis yang dinikahi sahabatnya itu. Setelah selesai, Mark pergi begitu saja tanpa mengucapkan apapun. Juliet mengejarnya dan memberi ciuman kepada Mark. Adegan sangat romantis dan menyentuh.

Favourite lines = Ada dua dialog yang paling saya suka disini :
1) Sam : "But you know, the thing about romance is... people only get together right at the very end."
2) Jamie : (In English) "It's my favorite time of day, driving you."
Aurelia : (In Portuguese) "It's the saddest part of my day, leaving you."


Cinta ada di sekitar kita. Love Actually memang tidak memiliki segmen sebanyak Paris, je t'aime namun kisahnya lebih kompleks. Beragam kisah cinta ada disini, dari yang mulai biasa saja, lebay hingga romantis dan tidak semua berakhir dengan manis. Seperti biasa, Richard Curtis tidak lupa menyisipkan komedi khas Inggris yang menggelitik disana sini.


1. Before Sunset (2004)


Memorable scene = Hanya beberapa jam sebelum keberangkatannya kembali ke Amerika, Jesse mampir ke apartemen Celine. Setibanya disana, Celine bermain musik lalu berdansa sendirian. Dengan setengah berbisik, Celine menggoda Jesse, "Baby, you are gonna miss that plane." Jesse hanya menjawab singkat, "I know." Penonton dibuat gemas dan penasaran.

Favourite lines = 1) Celine : "Even being alone it's better than sitting next to a lover and feeling lonely. It's not so easy for me to be a romantic."
2) Celine : "Memories are wonderful things, if you don't have to deal with the past."

Bicara, bicara, bicara. Itulah yang Celine dan Jesse lakukan sepanjang film saat menjelajahi kota Paris demi mengenang apa yang mereka lakukan di Before Sunrise. Dialog panjang yang tak membosankan digeber dari menit awal hingga akhir, tak menyisakan jeda sedikitpun. Topik yang dibahas terkesan tak penting, namun jika dirasakan lebih jauh justru menghadirkan suasana yang romantis. Ethan Hawke dan Julie Delpy menunjukkan chemistry yang sangat dahsyat. Bagi Cinetariz, Before Sunset adalah film barat paling romantis dalam satu dekade terakhir.

February 6, 2011

REVIEW : ONCE


Saya sudah menonton Once sebanyak tiga kali dan saya memang sangat menyukai film dari Irlandia ini. Sebuah film musikal berbalut drama romantis yang sederhana namun sejatinya sama sekali tidak sederhana. Yang paling menarik perhatian tentu saja adalah soundtrack-nya, karena ini film musikal, yang sangat indah dan mengena, khususnya 'Falling Slowly' peraih Best Original Song di Oscar tahun 2007. Sebuah fakta dipaparkan, Once dibuat dengan masa syuting hanya 17 hari dan memiliki bujet yang terhitung rendah, sekitar $ 160 ribu. Tidak mengherankan karena memang Once memiliki setting yang sederhana, tak ada ledakan atau adegan yang membutuhkan spesial effect serta dibintangi oleh bintang - bintang amatir, kecuali kedua pemeran utamanya yang merupakan musisi. John Carney yang menjabat sebagai sutradara sekaligus penulis naskah memang ahlinya membuat film yang memiliki bujet yang sangat rendah namun kuat dalam hal cerita.

Yang unik, kita tidak akan mengetahui nama dari dua karakter utamanya di sepanjang film. Credit title hanya menyebut mereka sebagai Guy (Glen Hansard) dan Girl (Marketa Irglová), pun dialog terkesan sengaja menghindari percakapan yang mengharuskan mereka untuk saling memanggil nama. Jika diperhatikan, hanya segelintir saja yang diberi nama oleh Carney. Mengutip apa yang dikatakan oleh Shakespeare, apa arti sebuah nama ? Disini, Carney seakan menyiratkan sesuatu dengan tidak memberi nama kepada dua karakter utamanya. Menjadikan film romantis memiliki sedikit kesan 'misterius' di dalamnya. Guy dan Girl langsung diperkenalkan kepada penonton sejak menit awal, tanpa basa basi. Guy adalah anak seorang pemilik toko yang khusus memperbaiki pembersih debu dan memiliki passion yang tinggi terhadap musik. Mengamen di jalanan demi mendapat uang tambahan namun para pejalan kaki tak ada yang menghiraukannya karena Guy cenderung lebih suka memainkan musiknya sendiri ketimbang musik populer. Namun karena inilah dia kemudian bertemu dengan Girl, seorang imigran dari Ceko, yang menyukai musiknya dan pintar bermain piano.


Persahabatan dan benih - benih asmara mulai tumbuh diantara keduanya seiring film berjalan. Mungkin lebih tepat disebut sebagai teman tapi mesra karena baik Guy dan Girl tak pernah secara eksplisit menyatakan perasaan mereka, malah lebih sering curhat mengenai pasangan masing - masing yang pergi jauh dari mereka. Guy memiliki impian untuk merekam demo musiknya dan Girl bersedia menawarkan bantuan kepadanya. Kisah cinta yang terjalin diantara mereka terbilang unik dan cukup menyentuh. Yang membedakan Once dari film romantis lain adalah tidak adanya rayuan penuh dengan dialog gombal nan memuakkan, bahkan keduanya tak saling menggoda, meski secara teknis iya. Bagi yang agak sensitif dengan adegan seks dan ciuman, bisa bernafas lega karena Guy dan Girl tidak melakukannya. Once adalah mengenai dua orang kesepian yang membutuhkan cinta dan disatukan karena memiliki hasrat yang sama terhadap musik.

Musik memang selalu cocok jika dipasangkan dengan cinta. Terkadang musik mampu berbicara lebih banyak ketimbang dengan kata - kata. Once yang merupakan film musikal ini memang tergolong minim dialog, berbeda jauh dengan apa yang dihadirkan oleh film paling romantis dekade ini, Before Sunset. Namun jangan salah sangka, musikal yang hadir disini bukan berarti para pemainnya mendadak bergoyang dan melantunkan lagu secara spontan di berbagai tempat yang tak lazim, namun lebih seperti ungkapan isi hati dari Guy dan Girl yang akan terasa aneh apabila dituturkan melalui dialog. Glen Hansard dan Marketa Irglová bermain natural dan meyakinkan meski pengalaman akting mereka masih minim, utamanya Irglová yang menjadikan Once sebagai debut aktingnya. Chemistry diantara keduanya terjalin begitu kuat.

Sulit untuk menjelaskan keapikan dari Once karena jujur saja meski saya sudah menontonnya sebanyak tiga kali, tetap saya temukan sesuatu yang baru dan perasaan yang diciptakan seusai menonton Once selalu sama. Kalian harus menontonnya sendiri untuk membuktikannya. Sebuah film romantis yang bertutur mengenai kisah cinta dari dua musisi kesepian ditampilkan secara tulus, realistis dan tidak berlebihan. Perasaan yang hangat dan tersentuh berhasil didapat seusai menyaksikannya. Mungkin kita akan tak nyaman dengan cara Carney mengakhiri film ini. Tapi, itulah solusi terbaik yang bisa dihadirkan dan itu menjadikan Once, bagi saya, sebagai salah satu film yang memiliki ending terbaik. Berbagai macam perasaan campur aduk saat menyaksikan scene terakhir yang memperlihatkan piano untuk si gadis dan ekspresi si pria. Sungguh sulit untuk dilupakan.

Outstanding

Trailer :



Mobile Edition
By Blogger Touch