October 2, 2010

REVIEW : LEGEND OF THE GUARDIANS : THE OWLS OF GA'HOOLE


Mata ini sempat terbelalak saat melihat nama Zack Snyder tertulis sebagai sutradara dari Legend of the Guardians : The Owls of Ga'hoole. Bagi yang akrab dengan film buatan Snyder, hal ini tentu sangat mengherankan dan mengejutkan namun sekaligus mengundang rasa penasaran. Bagaimana jadinya saat sutradara khusus film dewasa yang terbiasa memakai adegan kekerasan penuh darah harus menangani sebuah film animasi tentang burung hantu yang diperuntukkan sebagai tontonan keluarga ? Belum apa - apa sudah banyak cibiran dan pesimis terhadap film ini karena adanya faktor Snyder. Saya pribadi tidak memiliki cukup info mengenai The Owls of Ga'hoole saat menontonnya, bahkan siapa saja artis yang menyumbang suara pun tak tahu. Bermodalkan nekat, saya pun berangkat ke bioskop terdekat untuk menyaksikan The Owls of Ga'hoole yang memang dibuat untuk konsumsi 3D ini.

Dengan durasi sepanjang 90 menit, The Owls of Ga'hoole terasa pas, tidak terlalu pendek dan juga tidak terlampau panjang. Alurnya pun bergerak cepat. Si bungsu Eglantine (Adrienne deFaria) bersama dengan kedua kakaknya, Soren (Jim Sturgess) dan Klud (Ryan Kwanten), bermain seolah - olah mereka adalah Guardians, burung hantu penjaga yang terkenal dengan sikap kepahlawanannya. Eglantine dan Soren memang sangat mengagungkan legenda tentang Guardians, tapi Kludd tidak begitu peduli karena menganggap Guardians tidak benar - benar ada, hanyalah sebuah mitos. Keributan kecil yang disebabkan oleh Klud yang merasa iri melihat Soren lebih diperhatikan oleh kedua orang tuanya saat berlatih terbang membuat Klud dan Soren terjatuh dari pohon mereka dan seketika diangkut oleh sepasang burung hantu yang tidak mereka kenal. Mereka dibawa ke sebuah tempat berkedok penampungan yatim piatu bernama St. Aggie yang dipimpin oleh Metalbeak (Joel Edgerton) dan Nyra (Helen Mirren). Soren segera menyadari bahwa pasangan ini memiliki niat yang tidak baik terlebih setelah melihat para burung hantu yang dibuat kesurupan dan diperbudak oleh mereka. Bersama dengan Gylfie (Emily Barclay), Soren pun merencanakan untuk kabur dan mencari pertolongan ke para Guardians. Klud menolak untuk mengikuti Soren, sebaliknya dia malah memihak kepada Nyra.


Tampaknya keputusan yang tepat menyerahkan posisi sutradara kepada Zack Snyder. The Owls of Ga'hoole tidak muncul sebagai film animasi yang kekanakan. Mereka yang telah dewasa pun bisa menikmatinya dengan baik. Ciri khas Snyder masih tetap dipertahankan disini, tentu saja minus adegan telanjang dan kekerasan yang berdarah - darah yang menjadi favoritnya. Yang saya maksudkan disini adalah adegan yang dibuat slow motion, khususnya saat pertempuran. Untuk The Owls of Ga'hoole, Snyder sering sekali memakai ciri khasnya ini, ditunjang dengan pemakaian 3D yang apik, adegan - adegan yang hadir terasa begitu nyata dan istimewa. Saat Soren dan kawan - kawannya dilatih di tengah badai besar serta saat Soren mencoba mengambil api untuk menyelamatkan para Guardian, sungguh menegangkan. Penonton dibuat menahan nafas saat menyaksikan adegan ini.

Tak ada pertempuran penuh darah disini, namun bukan berarti The Owls of Ga'hoole tidak menyajikan adegan pertempuran yang seru. Adegan saat para Guardians menyerbu sarang "Pure Ones" disajikan dengan sangat apik oleh Snyder meskipun terkesan sedikit menyeramkan buat anak - anak. Setidaknya The Owls of Ga'hoole tak segaring The Chronicles of Narnia. Untuk efek visual serta animasinya sendiri tak usah diragukan lagi. Begitu kinclong dan hidup. Animal Logic yang sebelumnya sukses menghidupkan para penguin di Happy Feet kali ini pun sukses membuat sekumpulan burung hantu ini terasa hidup. Mimik wajah dan cara mereka bicara yang biasanya cenderung datar, tergambar dengan baik disini. Gemas rasanya saat melihat para burung hantu ini berbicara. Imut sekali. Haha...

Jika ingin menonton film dengan pemakaian teknologi 3D yang apik, maka cobalah film ini. Bisa dibilang, The Owls of Ga'hoole setara dengan Avatar untuk penggunaan 3D. Oleh karena itu, jika ada uang lebih, jangan segan untuk merogoh kocek sedikit lebih dalam demi merasakan sensasi 3D yang disajikan oleh Zack Snyder dan tim. Saya jamin kalian tak akan menyesal. Jangan lupa pula ajak anak atau keponakan saat menyaksikan The Owls of Ga'hoole. Ceritanya sederhana dan tidak sulit untuk dicerna buat penonton cilik ditambah lagi sudah tersedia teks bahasa Indonesia. Sekali - kali menyenangkan mereka tak ada salahnya, bukan ? Toh film ini memang sebenarnya ditujukan untuk penonton cilik. Yang pasti banyak sekali adegan yang akan membuat penonton cilik bersorak sorai gembira, tertawa lepas dan berkobar penuh semangat.

Nilai = 8/10 (Exceeds Expectations)

No comments:

Post a Comment

Mobile Edition
By Blogger Touch